Minggu, 13 Maret 2016

Penjelasan Crop Factor: Pengaruh Crop Factor Terhadap Focal Length Lensa


KELAS FOTOGRAFI

SEBUAH JURNAL FOTOGRAFi

Penjelasan Crop Factor: Pengaruh Crop Factor Terhadap Focal Length Lensa



Sekarang kita sampai pada pembahasan selanjutnya. Bagi Anda yang belum membaca pembahasan sebelumnya tentang crop factor, sebaiknya Anda baca dulu artikelnya di sini.

Pada artikel sebelumnya saya memberikan contoh kasus crop factor yang berfungsi untuk mengetahui letak kesetaraan hasil atau bidang pandang antara crop sensor dengan full-frame, dengan mengambil lensa wide-angle (sudut lebar) sebagai sampel. Dan contoh kasus tersebut juga merupakan bagian dari pengaruh crop factor terhadap focal length lensa.

Pelajaran selanjutnya bagi Anda yang pemula bahwa, jika sebuah lensa wide-angle (sudut lebar) milik kamera film 35mm / full-frame dipasang pada kamera crop sensor, maka jangkauan lensa "tidak selebar" pada kamera full-frame, karena focal length lensa akan berubah naik. Dan karena bertambahnya focal length tersebut maka Anda bisa membayangkan sendiri bagaimana jadinya bila lensa tele milik full-frame dipasang pada kamera crop sensor? Jangkauan lensa akan semakin jauh.

Intinya, jika Anda menggunakan lensa milik full-frame ke kamera crop sensor maka focal length akan bertambah. Dan sebaliknya, jika lensa milik crop sensor dipasang pada kamera full frame maka focal length akan berkurang.

Sekarang mari kita lihat perubahan focal length dari kamera film 35mm / full-frame ke kamera crop sensor dengan crop factor yang berbeda-beda.


Anda bisa melihatnya sendiri. Lensa 200mm full-frame bila dipasang pada kamera crop sensor dengan crop factor 2.7x seperti Nikon CX, maka focal length akan berubah menjadi 540mm. Ini seperti lensa super tele.

Apakah perubahan focal length ini menguntungkan kedua jenis kamera?

Jawabannya "belum tentu". Bertambahnya focal length pada lensa di kamera crop sensor memang menguntungkan dari sisi jangkauan jarak jauh, tapi efeknya akan menurunkan besaran max. aperture atau diafragma lensa. Artinya ini akan mengurangi jumlah cahaya yang masuk ke kamera. Baca di sini tentang aperture.

Sedangkan berkurangnya focal length pada lensa di kamera full-frame "yang dikira dapat membuat lensa bertambah lebar", justru itu akan menimbulkan vignetting (bayangan hitam di sudut-sudut frame) dan efeknya akan semakin terasa.

Jenis Lensa Untuk Kamera Full-Frame dan Crop Sensor


Pada produsen Canon, ada lensa yang diberi label "EF(Electro Focus) yang didesain untuk kamera full-frame milik Canon. Lensa ini bisa juga digunakan pada body Canon crop sensor (APS-C), tanpa menggangu komunikasi sistem antara lensa dengan kamera, seperti auto-focuslensa yang masih bisa bekerja dengan normal.

Sedangkan lensa Canon berlabel "EF-S" (Electro Focus Small) didesain untuk kamera (APS-C) milik Canon. Dan sebaliknya, lensa ini juga bisa digunakan pada body full-frame milik Canon tanpa ada kendala komunikasi sistem.

Kedua jenis lensa Canon di atas dapat bertukar tempat karena "mount" semua kamera pada umumnya adalah sama. Itu yang saya ketahui tentang lensa Canon, dan sepertinya produsen lain seperti Nikon, Sony, Pentax, dll, juga memperbolehkan lensa mereka melakukan hal yang sama, hanya saja saya belum membuktikan apakah itu dapat mempengaruhi komunikasi sistem atau tidak. Karena ada sumber yang mengatakan bahwa lensa Nikon full-frame jika dipasang pada body crop sensor miliknya dapat mengakibatkan tidak bekerjanya auto-focus pada lensa.

Berikut daftar label lensa untuk kamera crop sensor dari produsen lensa yang berbeda-beda:

  • Nikon: DX
  • Canon: EF-S, EF-M
  • Sony / Konica Minolta: DT, E
  • Pentax: DA
  • Samsung: NX
  • Sigma: DC
  • Tamron: Di II
  • Tokina: DX

Ukuran Lensa dan Ukuran Sistem


Coba Anda perhatikan gambar (pemandangan) pertama di posisi paling atas. Gambar tersebut sebagai ilustrasi untuk mengambarkan perbedaan "jangkauan sensor" mulai dari format film 35mm / full-frame sampai ke crop sensor (APS-C / DX, Micro Fourd Thirds, 1" / CX). Dari gambar di atas pula dapat ditarik kesimpulan bahwa semakin kecil ukuran sensor maka semakin banyak bagian dari gambar yang semakin dipotong. Itulah perbedaan signifikan antara full-frame dengan jenis crop sensor.

Apakah ini menjadi kekurangan untuk crop sensor?

Sebenarnya kurang bijak jika kita berpendapat sepert itu, karena mengingat harga kamera crop sensor masih sangat terjangkau, sehingga wajar jika itu sebanding dengan spesifikasinya yang tidak mungkin setara dengan full-frame dengan harganya yang lebih mahal.

Namun dari pihak produsen, mereka akhirnya menyadari bahwa ada "keuntungan" dengan menciptakan sensor yang lebih kecil yaitu, mereka bisa berhemat dengan membuat lensa yang lebih kecil juga dan tidak memerlukan banyak elemen kaca. Ini menjadi trobosan baru saat itu untuk desain lensa yang lebih kompak dan ringan di era DSLR. Maka saat itu lahir lensa pertama dengan ukuran lebih kecil dan ringan, kemudian teknologi berkembang sampai ke generasi saat ini yaitu "mirrorless", dengan lensanya yang lebih kompak dan ringan lagi.

Itulah penjelasan saya tentang crop factor. Tidak perlu saya menuliskan secara rinci apa keunggulan dan kekurangan dari kamera crop sensor dan full-frame. Karena dengan menyimak penjelasan artikel sebelumnya dan artikel ini, Anda sudah dapat membuat kesimpulan sendiri tentang hal itu. Namun tetap saja, kamera full-frame adalah yang paling baik secara kualitas dan tidak heran jika harganya jauh lebih mahal dari kamera crop sensor seperti APS-C.
Unknown Web Developer

Morbi aliquam fringilla nisl. Pellentesque eleifend condimentum tellus, vel vulputate tortor malesuada sit amet. Aliquam vel vestibulum metus. Aenean ut mi aucto.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar